Sabtu, 08 Desember 2012

Mengatasi ‘Demam’ Langganan Pada Anak-anak

Ikuti pengalaman seorang ayah dalam mengatasi demam pada anaknya...

Demam pada anak-anak perlu disikapi dengan bijak. Panik dan khawatir berlebihan biasanya terjadi pada semua pasangan muda yang baru memiliki anak. Termasuk saya dan istri yang mengalaminya. Saya cukup bersyukur dengan kemudahan internet banyak hal yang bisa dipelajari tentang berbagai cara menanggulangi anak yang terkena demam. Sebelum penyakit langganan anak datang memang sebaiknya orang tua dibekali pengetahuan yang baik agar tidak salah langkah yang justru merugikan anak kita. Semua pengetahuna itu bisa didapatkan dengan mudah melalui internet dan buku-buku smart parenting.
Kembali ke demam tadi, orang tua pada zaman dahulu lebih sering menggunakan bawang merah untuk obat penurun panas. Lain halnya dengan zaman sekarang. Di zaman serba instan ini orang lebih terbiasa dengan kompres berbentuk gel yang tinggal ditempelkan di dahi. Banyak yang menganggap bawang merah itu berbau menyengat dan tidak praktis. Namun sesungguhnya itu adalah salah satu obat herbal yang aman dan efektif. Kompres berbentuk gel itu dingin. Sedangkan suhu tubuh yang panas tidak bisa diberikan sesuatu yang dingin. Responnya bisa cukup fatal, tubuh dapat menganggap suhu diluar lebih dingin sehingga panas tubuh malah akan semakin tinggi. Ibarat sebuah gelas yang berisi air panas kemudian langsung kita masukkan kedalam kulkas. Yang terjadi adalah gelas itu bisa pecah. Begitu pula dengan kondisi anak kita sedang deman. Hindari mengompres dengan air dingin. Karena bisa menimbulkan korsleting di otak.
Dalam tulisan ini saya akan sharing tentang pengalaman saya menangani demam pada anak saya yang baru saja menginjak usia satu tahun lebih dua bulan. Saat itu memang kondisi saya dan istri sedang tidak fit. Istri saya terserang demam, sedangkan saya sendiri pilek. Otomatis anak saya tertular juga karena sering berada dalam satu ruangan. Panasnya cukup tinggi hingga bisa mencapai 37 derajat. Tetapi anak saya tidak seperti anak yang sedang sakit. Dia tetap lincah dan aktif. Makan dan minum susunya juga normal seperti sedia kala. Inilah yang membuat saya merasa sedikit lebih tenang. Pada hari pertama saya hanya menggunakan kompres air hangat di dahi dan sekitar lehernya. Selain itu saya juga menggunakan satu siung bawang merah yang dibelah dua. Kemudian saya menggosokkan bawang merah tadi punggung hingga pinggang layaknya orang dewasa yang sedang kerokan.
Perjuangan untuk menurunkan panas pada anak saya memang butuh kesabaran. Panasnya memang mulai tinggi sejak pukul 23.00. Dengan kompres dan bawang merah akhirnya panasnya turun setelah kurang lebih menunggu selam dua jam. Air kompresan juga selalu saya ganti dengan air hangat. Ini yang menyebabkan saya harus begadang. Begadang yang seperti ini tentu boleh saja karena banyak artinya demi kesembuhan anak. Betul kan Bang Rhoma? ;-) saat itu perasaan saya memang sedih juga. Karena istri saya juga dalam kondisi yang lemah otimatis saya yang mengurus keduanya pada malam hari.
Malam kedua anak saya panas lagi. Disini saya mulai goyah untuk menggunakan cara pada malam sebelumnya. Disamping itu istri saya terus membujuk agar anak saya dibawa ke dokter saja. Akhirnya saya terpaksa membeli obat penurun panas di apotek. Meski awalnya ragu tapi saya pikir mungkin ini jalan keluar yang mudah sehingga saya tak perlu begadang seperti malam sebelumnya. Disamping itu saya belum mau membawa anak saya ke dokter. Selain itu saya mulai sedikit tertekan karena kondisi istri yang sedang sakit sehingga tidak sabar dan selalu meyuruh saya membawa si kecil ke dokter. Meski pada akhirnya saya menyesal juga karena yang saya beli adalah ibuprofen bukan paracetamol. Seperti yang saya baca di beberapa milis smart parent, Ibuprofen tidak dianjurkan jika anak mengalami diare. Obat penurun deman yang aman untuk anak memang paracetamol. Tidak perlu yang mahal karena yang obat generik pun mengandung zat yang sama.
Hari ketiga saya mulai searching tentang penanggulangan demam bagi anak di internet. Tertujulah sebuah artikel yang mengulas tentang deman di sebuah milis yang ternyata sudah lama didirikan. Milis tersebut diasuh oleh dr. Purnamawati S Pujiarto, SpAK, MMPed beserta rekan-rekan dokter lainnya. Meskipun saya tidak tahu kepanjangan dari gelar yang dicantumkan di nama belakangnya namun alasan-alasan yang dikemukakan sangat masuk akal.
Beliau mengatakan demam bukanlah penyakit. Demam itu semacam alarm yang mengindikasikan ada sesuatu hal yang terjadi pada tubuh anak. Demam sebagian besar disebabkan oleh infeksi. Selama infeksi masih aktif demam adalah respon tubuh yang wajar. Dan harus dilewati karena merupakan bagian dari respon sistem imun tubuhnya yang bekerja. Tinggi rendahnya demam tidak berarti penyakitnya bertambah parah.
Kemudian saya baca langkah-langkah aman dalam menangani anak yang terkena demam. Yang paling penting adalah menjaga kondisi anak supaya tidak dehidrasi. Jadi tubuh harus selalu diasupi cairan. Jika anak tidak mau makan karena mengalami radang ditenggorokannya sebaiknya diganti dengan asupan buah yang sudah dijuice atau di blender. Tanda yang paling mudah ketika anak mengalami dehidrasi adalah jika kulit punggung tangannya dicubit, maka kulitnya tidak kembali ke posisi semula. Dalam kondisi demikian sudah dalam kondisi darurat, harus segera dibawa kerumah sakit.
Masih dalam artikel demam tadi, obat penurun panas bukan berfungsi untuk mengobati demam melainkan hanya untuk menurunkan suhu tubuh anak agar merasa lebih nyaman dan dapat tidur dengan mudah. Jadi jangan sampai jadi korban iklan. Lebih baik hanya menggunakan salah satu obat penurun panas saja.
Akhirnya itulah yang menjadi bekal yang saya baca untuk berangkat ke bidan. Selain lebih murah, istri saya lebih cocok jika anak saya berobat ke bidan. Disini saya tidak banyak berbicara. Saya hanya menceritakan gejala-gajala dan tingkah laku anak saya selama tiga hari mengalami demam. Kemudian bidan memberikan tiga macam obat. Paracetamol, puyer dan antibiotik. Puyernya untuk mengobati batuk pilek. Tapi setelah dirumah saya hanya mengizinkan puyernya saja yang diberikan. Sedangkan antibiotiknya saya simpan. Malam harinya puyer itu juga saya stop karena batuk dan pilek juga ternyata satu paket dengan demam. Itu adalah reaksi sistem imun yang sedang bekerja. Jadi tak baik jika sistem imunnya diganggu pikir saya. Meski mendapat tentangan dari istri saya tetap ngotot untuk tidak memberikan obat apapun selain parecetamol jika terpaksa.
Hari keempat belum ada perubahan. Anak saya tetap seperti biasa lincah. Meski mulai tidak mau makan banyak tapi dia tetap mau minum susu dan air putih. Buah dan sayur pun ditambah supaya tetap terjaga agar tidak dehidrasi. Malam harinya sebagai second opinion saya memeriksakan kembali anak saya ke dokter spesialis anak. Kebetulan juga saat itu memang panasnya mencapai puncaknya menjadi 40 derajat. Untuk usia anak saya yang baru empat belas bulan suhu tersebut masih dalam batas normalnya demam anak. Jika sudah diatas itu artinya harus segera menghubungi dokter. Jika usianya dibawah 3 bulan jangan sampai diatas 38 derajat. Jika usianya 3-6 bulan dijaga agar tidak melebihi 38,5 derajat. Dalam kondisi tertentu seperti; demam lebih dari 72 jam, dehidrasi, rewel dan tidak dapat ditenangkan, kejang, sakit kepala, dan diare adalah kondisi dimana orang tua sudah wajib memeriksakan anaknya ke dokter. Jika terjadi hal-hal tersebut sudah tidak bisa ditanggulangi sendiri.
Terkadang masih banyak orang tua yang menggunakan rabaan tangan untuk mengukur suhu tubuh anak. Padahal rabaan tangan tidak bisa menunjukkan suhu tubuh yang tepat. Alangkah baiknya jika orang tua menyediakan termometer di rumah. Saya sendiri membeli thermometer elektrik yang cukup terjangkau di apotek. Ada juga thermometer yang sudah lebih canggih dengan mengukur melalui telinga. Sedangkan yang saya beli masih yang biasa mengukur melalui ketiak.
Di dokter spesialis anak, anak saya diberikan obat melalui belakang karena panasnya memang tinggi. Kemudian setelah menceritakan gejala dan langkah-langkah yang telah saya lakukan dokter tersebut memberikan antibiotik dan puyer. Terus terang saya kurang  puas. Saya lebih percaya bahwa demam ini bukan penyakit yang harus diobati melainkan sebuah warning itu tadi. Akhirnya obat yang diberikan pun hanya saya tebus setengah dan balakangan memang tidak digunakan.
Disinilah peran orang tua harus berani memutuskan untuk menyetop penggunaan obat-obat yang tidak perlu. Bukan menyembuhkan tapi malah khawatir berefek buruk dimasa mendatang. Saya meski memang sempat ragu tapi jadi semakin yakin dengan apa yg saya baca karena ternyata tidak ada perbedaan perlakuan yang signifikan ketika berobat di bidan dibandingkan dengan berobat di dokter spesialis anak.
Langkah ini tentu di dukung dengan observasi terus menerus dan melihat aktifitas anak selama demam. Agar apa yang kita lalukan juga memiliki dasar.
Alhamdulillah setelah beberapa hari melewati masa-masa ‘krisis’ anak saya bisa sembuh meski masih pilek. Tetapi makannya sudah mulai seperti biasa dan sudah tidak demam lagi. Obat-obatan yang sebelumnya sudah dibeli akhirnya saya buang terutama antibiotik. Bukan berarti saya anti terhadap antibiotik, tetapi melihat kondisi anak saya yang masih lincah saya berpendapat saat itu anak saya belum memerlukan antibiotik. Penggunaan antibiotik memang masih pro dan kontra. Disatu sisi, saya melihat sisi buruk antibiotik yang bisa membuat bakteri semakin kebal. Disamping itu antibiotik juga dapat membunuh bakteri baik. Segi positifnya memang bisa sekaligus membunuh penyakit. Namun tentu dengan segala resiko dan efek di kemudian hari.
Akhir kata menurut pendapat saya sebaiknya pengobatan itu memang kembali ke alam. Obat-obatan kimiawi adalah opsi terakhir jika memang itu dibutuhkan. Apalagi jika penyakit yang diderita si kecil adalah penyakit langganan anak-anak yang sebetulnya obat yang paling efektif adalah istirahat dan asupan yang bergizi.

sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2012/01/31/mengatasi-demam-langganan-pada-anak-anak/

Minggu, 25 November 2012

Manfaat Madu untuk Menambah Nafsu Makan Balita

Balita Anda susah makan? Sebelum menderita kurang gizi, beri dia madu setiap hari. Dari penelitian terbukti, madu bisa menambah nafsu makan, menurunkan tingkat morbiditas terhadap panas dan pilek, di samping itu lengkap kandungan gizinya.

Memberi makan anak-anak usia di bawah lima tahun (balita) memang gampang-gampang susah. Kalau si anak punya nafsu makan tinggi, orang tua tidak bakal repot. Diberi makan apa saja balita itu akan menyantapnya dengan lahap. Sebaliknya, anak balita yang bernafsu makan rendah atau susah makan, membuat orang tua sering kewalahan, bahkan hampir kehilangan akal untuk membujuknya makan.

Berbagai jenis makanan dicobakan. Reaksi si anak cuma membuang kembali makanan di mulutnya bila tidak sesuai kesukaannya. Celakanya, makanan kesukaannya justru kurang bergizi. Padahal, variasi makanan sangat perlu. Kalau keadaan ini berlanjut bisa-bisa si anak menderita kurang makan dan kurang gizi, sehingga mudah sakit. Akibat semua itu proses tumbuh kembangnya menjadi tidak normal. Yang paling merisaukan, bila ia menjadi bagian dari generasi tanpa masa depan (lost generation).

Meningkatkan nafsu makan

Untunglah ada hasil penelitian Y. Widodo. Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi di Bogor ini, tahun lalu membawa kabar gembira bagi para orang tua yang memiliki anak kurang energi protein (KEP). Ia melaporkan bahwa pemberian madu secara teratur setiap hari dapat menurunkan tingkat morbiditas (panas dan pilek) dan memperbaiki nafsu makan anak balita.

Penelitian dilakukan terhadap balita pasien Klinik Gizi, Puslitbang Gizi, yang menderita kurang energi protein (KEP) akibat krismon. Ada 51 balita usia 13 – 36 bulan yang terlibat dalam penelitian. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, pertama Kelompok Madu (25 orang) sebagai sampel, dan kedua Kelompok Sirop (26 orang) sebagai kontrol. Kedua kelompok sama-sama diberi tambahan vitamin B-kompleks dan vitamin C (50 mg).

Indikator yang diamati antara lain data antropometri (umur, bobot badan, tinggi/panjang badan), sosial-ekonomi, recall konsumsi, riwayat kesehatan anak pada saat sebelum, selama, dan sesudah perlakuan sekitar dua bulan. Hasil penelitian menunjukkan, tingkat morbiditas terhadap panas dan pilek kelompok madu atau sampel menurun, nafsu makan meningkat, porsi dan frekuensi makan bertambah, sehingga konsumsi energi dan protein mereka juga meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapat sirop.

Manfaat kesehatan pemberian madu yang tampak dalam penelitian tersebut antara lain disebabkan oleh dua hal. Pertama, madu merupakan makanan yang mengandung aneka zat gizi sedangkan gula hanya mengandung energi atau kalori. Kedua, madu ternyata juga mengandung senyawa yang bersifat antibiotik.

Mengandung faktor pertumbuhan

Kandungan gizi utama madu adalah aneka senyawa karbohidrat seperti gula fruktosa (41,0%), glukosa (35%), sukrosa (1,9%), dan dekstrin (1,5%). Karbohidrat madu ikut menambah pasokan sebagian energi yang diperlukan balita.

Kadar protein dalam madu relatif kecil, sekitar 2,6%. Namun kandungan asam aminonya cukup beragam, baik asam amino esensial maupun non-esensial. Asam amino tersebut turut pula memasok sebagian keperluan protein tubuh balita.

Vitamin yang terdapat dalam madu antara lain vitamin B1, vitamin B2, B3, B6, dan vitamin C. Sementara mineral yang terkandung dalam madu antara lain kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor, dan sulfur. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, mineral madu merupakan sumber ideal bagi tubuh manusia karena imbangan dan jumlah mineral madu mendekati yang terdapat dalam darah manusia.

Penelitian menunjukkan, madu juga mengandung faktor pertumbuhan. Dilaporkan, stek batang pohon yang dicelupkan dalam madu akan lebih cepat berakar dan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan stek yang ditanam tanpa perlakuan madu.

Madu juga mengandung zat antibiotik. Kandungan ini merupakan salah satu keunikan madu. Penelitian Peter C. Molan (1992), peneliti dari Departement of Biological Sciences, University of Waikoto, di Hamilton, Selandia Baru membuktikan, madu mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagai patogen penyebab penyakit.

Beberapa penyakit infeksi berbagai patogen yang dapat “disembuhkan” dan dihambat dengan (minum) madu secara teratur antara lain penyakit lambung dan saluran pencernaan; penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), batuk dan demam; penyakit jantung, hati, dan paru; penyakit-penyakit yang dapat mengganggu mata, telinga, dan syaraf.

Berdasarkan hasil penelitian Kamaruddin (1997), peneliti dari Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine, Universiti of Malaya, di Kualalumpur, paling tidak ada empat faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu. Pertama, kadar gula madu yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup dan berkembang.

Kedua, tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3.65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnya sehingga bakteri tersebut merana atau mati. Ketiga, adanya senyawa radikal hidrogen peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen. Dan faktor keempat, adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri. Senyawa organik tersebut tipenya bermacam-macam. Yang telah teridentifikasi antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida.

Takaran minum madu

Untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari madu, cairan manis yang menjadi cadangan makanan koloni lebah ini harus dikonsumsi secara teratur. Dalam penelitian Widodo tersebut balita sampel diberi madu sebanyak 20 gram setiap hari. Madu tersebut tidak dianjurkan untuk bayi usia 0 – 4 bulan, karena makanan pertama dan yang utama untuk mereka adalah air susu ibunya (ASI). Setelah usia 4 bulan baru boleh diberi madu seiring dengan pemberian makanan tambahan sesuai anjuran.

Menurut Muhilal, 2-3 sendok makan madu 2 X sehari sudah cukup memadai untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh. Namun untuk penyembuhan atau pengobatan, madu lebih baik dikonsumsi dalam bentuk larutan dalam air karena akan memudahkan penyerapannya di dalam tubuh. Madu tersebut sebaiknya dikonsumsi dua jam sebelum makan atau tiga jam sesudah makan.

Selain menambahkan madu pada menu makanan balita secara teratur, tentu saja berbagai upaya kesehatan lainnya seperti pengobatan medis, pemberian makanan tambahan, dan imunisasi umum, harus pula dilakukan. Upaya tersebut akan lebih mempercepat upaya pemulihan kesehatan dan perbaikan gizi balita, terutama yang susah makan, sehingga mereka terhidar kemungkinan menjadi generasi tanpa masa depan.

Sumber: http://terapimadu.wordpress.com/2009/03/20/bolehkah-anak-balita-mengkonsumsi-madu/

Minggu, 11 November 2012

Kenapa Berat Badan Bayi Susah Bertambah

Sebagai orang tua, tentu sedih melihat tubuh si buah hati lebih kurus dibanding teman-temannya. Padahal, rasanya semua trik sudah dilakukan, tetap saja berat badan sulit sekali naik.

Tak selalu tak normal
Bila berat badan tidak naik sesuai standar yang ada, terutama pada bayi di bawah usia tiga tahun, haruslah kita cari penyebabnya. Tetapi yang perlu diingat, ada beberapa anak memang berperawakan kecil, dan bukan berarti ia kekurangan gizi. Pada usia di atas satu tahun, -bila melihat kurva pertumbuhan anak normal- memang akan ada perlambatan pertumbuhan yang ditandai dengan berat badan tak terlalu banyak naik.
Jangan terlalu menyalahkan diri bila anak berperawakan kecil. Mereka kecil tetapi yang terpenting sehat dan aktif. Mungkin saja orang tuanya pun memang berperawakan mungil, atau anak memiliki constitutional growth delay. Keadaan ini terjadi pada anak yang perawakannya kecil pada masa kanak-kanak dan sebelum pubertas. Tetapi mereka akan melesat pertumbuhannya saat pubertas nanti.
Waspadai penyebab lain
  • Anak yang sering sakit atau punya penyakit kronis juga cenderung sulit naik berat badannya. Penyakit kronis antara lain tuberkulosis, kelainan jantung bawaan, penyakit paru kronis, penyakit ginjal. Beberapa jenis gangguan pencernaan seperti diare atau pun kelainan saraf dan otot bisa menyebabkan berat badan pun sulit naik.
  • Kekurangan vitamin atau mineral tertentu bisa pula mempengaruhi nafsu makan si kecil atau menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun hingga sering sakit dan ia tak mau makan, berat badannya pun sulit naik. Seperti kelompok vitamin B, zat besi, selenium, dan zat seng.
  • Pada kasus yang lebih jarang, berat badan susah naik bisa jadi petanda anak punya kelainan genetik atau si kecil memang sejak lahir sudah termasuk berat badan lahir rendah (BBLR).
  • Jangan dilupakan proses makan juga dipengaruhi faktor non organis. Melalui makan, anak tak hanya diberikan nutrisi tetapi juga belajar berinteraksi dan ini dipengaruhi faktor psikologis. Bisa jadi faktor berasal dari anak, orang tua, atau keduanya. Misalnya, orang tua terlalu membatasi jenis makanan yang boleh dikonsumsi anak, atau sebaliknya –yang lebih jarang- orang tua tak memiliki aturan makan hingga membebaskan anaknya mau makan atau tidak. Dari faktor anak, bisa jadi ia memang seorang anak yang pemilih, hanya ingin makan makanan tertentu saja. Orang tua yang sedang dalam masalah pelik atau belum berpengalaman juga bisa mempengaruhi pertumbuhan anak.
Mensiasati berat badan sulit naik
  • Kebanyakan, berat badan anak tak naik karena memang mereka tak mendapat nutrisi cukup. Mungkin mereka terlalu banyak ngemil atau terlalu pemilih. Pastikan mereka mendapat makanan yang tinggi kalori dan kaya nutrisi
  • Tak ada obat pasti yang bisa meningkatkan nafsu makan anak secara jangka panjang. Jadi pola makan sehat, itulah yang dapat diterapkan:
  • Biasakan anak rutin makan tiga kali sehari dengan tiga camilan tiap harinya
  • Tawarkan makanan tinggi kalori dan tambahkan lemak pada makanan si kecil seperti krim, mentega, margarin, minyak.
  • Pada bayi yang masih minum susu formula, salah satu caranya adalah dengan menambahkan jumlah takaran susu agar lebih kental, namun konsultasikan terlebih dahulu pada dokter Anda.
  • Kurangi minuman bercita rasa, pilihlah minuman yang tinggi kalori
  • Tambahkan menu daging-dagingan atau alternatifnya seperti keju atau kacang kedelai
  • Berikan makanan/minuman suplemen bernutrisi tinggi
  • Berikan suplemen mineral dan vitamin
  • Ciptakan suasana yang menyenangkan. Anda tak bisa memaksa anak makan tetapi Anda bisa menawarkannya makanan yang kaya akan kalori.
Referensi :
  • Hilliard RI. Nutrition Problems in Childhood. In: Feldman W. Evidence-Based Pediatrics. BC Decker Inc. Canada, 2000. Page65-82

Selasa, 30 Oktober 2012

Taukah Bunda saat Bayi Menginjak Usia 10 bulan

Memasuki usia 10 bulan bayi sudah mulai melangkah satu dua langkah tanpa bantuan. Setelah langkah pertama dimulai oleh baby imut, maka hari hari selanjutnya bunda akan dibuat kagum dengan tahapan tahapan yang terus berkembang setiap harinya.

Saat usia menginjak 9 bulan 15 hari, sebagian bayi sudah mulai berdiri tanpa bantuan, nah itulah perkembangan my baby "hanifatul adzra" saat ini. dan setiap harinya langkah 1, langkah kedua terus menerus berlanjut. Menginjak usia 10 bulan azra udah mencapai 7 - 8 langkah.

Setiap kali langkah demi langkah dilewatinya, tawa dan senyuman selalu menghiasi wajahnya.

Tidak hanya perkembangan motorik yang berkembang pada baby, perkembangan intelektualnyapun terus meningkat. Saat ini setiap kali mainan atau apapun yang sedang dipegang oleh bayi kita ambil, dia akan protes, bisa jadi lewat tangisan atau meronta-ronta. Jika baby menginginkan sesuatu dia juga akan mengekspresikan diri dengan mendekat pada apa yang diinginkannya, kalo ngak dapat.... langsung tu nangis.

Trus kalo perkembangan sosialnya, dia udah mulai mengenali lingkungan, baby sangat menyukai hal-hal yang baru. Walau pada awal dia berada di lingkungan baru, reaksinya bisa jadi tidak mau menjauh dari bunda, atau sedikit rewel, bisa jadi waktu yang dibutuhkan baby sekitar 10 - 20 menit, setelah waktu itu berlalu.... baby dah bisa menyesuaikan diri dan bermain dengan apa yang ada disekitarnya.

Oya... baby paling suka kalo ada teman seusia tau ngak jauh beda dengan usianya. Tadi pagi, adza yang baru berusia 10 bulan, dibawa bundanya bermain ke PAUD Permata Bunda, Subhanallah, bahagianya dapat teman baru, apalagi di PAUD banyak mainan.

Bunda perlu bersabar dan harus tetap tenang di saat baby rewel, di usia ini banyak lo tingkah polah bayi yang terjadi diluar perkiraan bunda,,,,,,,,,,,,,,,,




Kamis, 25 Oktober 2012

Seputar "Baby Love"

"Baby Love" kata sebagai ungkapan akan rasa sayang kepad baby kecil. Seorang putri yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada keluarga kami. Orang tua mana yang tidak bahagia dengan hadiah terindah ini.

Banyak hal yang ingin diceritakan dengan kehadiran baby kecil yang bernama "hanifatul adzra". Berawal dari hentakan yang mulai dilakukannya didalam rahim,  setiap hentakan kecilnya memberikan kebahagiaan dalam diri ini. Ada sesuatu yang hidup didalam tubuh ini yang bernama "janin". 9 bulan kehamilan adalah waktu-waktu yang berat dialami namum memberikan rasa kebahagiaan yang begitu mendalam.

Saat-saat baby akan hadir ke dunia ini, Ya Allah.... kata-kata itu yang menguatkan hati ini untuk tetap bertahan, bertahan menyambut kebahagiaan yang Allah SWT limpahkan. Suara tangis "baby" menghilangkan rasa sakit yang dialami saat persalinan.

Ahlan wa Sahlan putri kecilku, dengan ucapan rasa syukur kami menyambut dirimu dengan sejuta kebahagiaan yang tiada tara.